Peringatan ini bukan sekadar seremonial. Ini adalah momentum untuk menapaki sejarah dan memantapkan arah masa depan. Dari jejak kolonialisme, kita kini melangkah ke era digital,” kata Bambang dalam sambutannya pada sidang paripurna di Gedung DPRD Kota setempat, Senin (9/6/2025).

Dalam pidatonya, Wali Kota Bambang mengulas asal-usul Metro sebagai permukiman kolonis Hindia Belanda pada tahun 1936, bermula dari Desa Trimurjo. Para kolonis didatangkan dan tinggal di bedeng-bedeng yang kini menjadi kawasan strategis kota, seperti sekitar Masjid Taqwa dan kantor PLN.
“Nama Metro berasal dari kata Mitro, yang artinya teman. Jiwa gotong- royong itu yang membentuk identitas kita,” jelasnya.
Penetapan Metro sebagai pusat pemerintahan Onder Distrik pada 9 Juni 1937 menjadi tonggak lahirnya kota, sebagaimana ditetapkan melalui Perda Nomor 11 Tahun 2002.
Dalam kerangka Visi Pembangunan 2025–2029, Bambang menekankan arah pembangunan Metro menuju kota berbasis teknologi dan layanan publik unggul, dengan tetap berakar pada budaya dan nilai religius.
Kota Cerdas berarti digitalisasi birokrasi, efisiensi pelayanan, dan ekosistem ekonomi yang inovatif. Tapi tak boleh melupakan akar budaya dan nilai spiritual,” tegasnya.
Kota Metro juga menempatkan sektor jasa seperti pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan perdagangan sebagai motor penggerak ekonomi. Kinerja Metro dalam beberapa tahun terakhir membuktikan kapasitasnya sebagai kota yang patut diperhitungkan.
