Buktipetunjuk.id –Dusta dalam kuasa yang memabukkan, hipokrit yang terjepit hingga khianat tanpa dirasa dosa. Maka kekecewaan pun tiada ampunan. Sebab nilai manusia dan kemanusiaan tak lagi ada dalam neraca.
Tiada etika, tiada juga ada moral. Apalagi hendak membilang akhlak mulia untuk dikirim ke langit. Semua kamuflase dalam wajah hipokrit yang sempurna. Sebab tata aturan hukum tak lagi patut disepadankan dengan konstitusi yang telah mereka kencingi. Maka pada akhirnya, tinggal bergilir azab yang terus didesahkan rakyat tanpa do’a apa-apa, karena mantra pun tak lagi dipunya.
Amuk dan amarah pasti membakar kepala batu yang membengal. Tegur sapa pun telah pupus habis menumpuk di keranjang sampah parlemen yang kelak akan mengubur jasad mereka yang menjadi tontonan semua orang.
Sungguh, tak lagi ada doa terbilang. Karena semua telah habis telah punah tak juga menyisakan bekas. Lalu anak-anak remaja pun mulai rajin mencatat. Perilaku Fir’aun telah kembali berulang, setelah nyarus sejuta tahun berlalu dan telah menjadi fosil yang dilupakan sejarah.
Begitulah kelengahan bagi yang tidak awas dan waspada, terlindas dalam tipu daya angkara. Dari keserakahan yang tidak bertepi, seperti birahi yang tersembunyi di antara hati dan pikiran yang terlepas dari tali kekang yang tak terpasang.
Aku malu menyaksikan perjalanan sejarah bangsa dan negara yang tercatat hari ini untuk memasuki hari esok, sambil mengenang nostalgia kegigihan kemarin yang tak sedikitpun tersisa.
Mauk Tangrang, 9 November 2023.
(Penulis: Jacob Ereste).